Sholawat

​‏اللّهمّ صلّ على سيّدنا محمّد صلاة تفتح لنا بها أبواب الرّضى و التّيسير وتغلق بها أبواب الشّرّ والتّعسير. أنت مولانا فنعم المولى و نعم النصير

Teori Daun

​Pagi hari ini aku berniat diri untuk tidak melangkahkan kaki ke mana-mana. Rasanya hari ini ingin merebahkan diri saja. Rasa lelah semenjak tiga hari ini yang mengantarkanku berbuat demikian. Biasalah, tugas ujian akhir semester kampus. Membuatku mati kutu.

Ritme berpikir melonjak rasanya masih terasa meski badan selonjoran di lantai. Aku merasa seperti newton saat ia menemukan teori gravitasi. Saat ia duduk-duduk di bawah pohon sambil bersandar di batangnya, tiba-tiba ada buah yang jatuh dari atas. Entah jatuhnya ke mana. Tapi aku mengimajinasikan pas di kepalanya. Mungkin rasa sakit di kepalanya itu yang membuatnya berpikir, hingga jadilah teori grativasi pertama.

Berbeda denganku, tadi pagi saat aku tiduran di lantai tanpa alas. Aku menengok jendela yang luarnya terdapat dedaunan yang rindang. Tiba-tiba saja aku mendengar huru-hara angin yang datang. Sekejab mereka membabat dedaunan. Banyak sekali yang berjatuhan. Dan ada pula yg masih bertahan.

Saat serangan angin pada masyarakat daun telah selesai. Aku masih saja mengamati dedaunan yang diam itu. Alih-alih sedang mengamati. Tiba-tba ada dua atau tiga daun jatuh bergiliran, tanpa sebab apa-apa. Ku lihat tak ada manusia juga yang berniat menggugurkannya.

Pikiranku tanpa berputar lama menyimpulkan bahwa:

“Daun jatuh bukan selalu karena diterpa angin. Tapi memang ia sudah tak mampu lagi menggantung pada tangkai.”

Saya rasa ini bisa jadi teori dalam kasus tindak sosial manusia. Contoh kecilnya umpama, ada anggota dalam suatu organisasi yang tidak loyal dan tidak semangat. Bukan berarti organisasinya yang membuatnya demikian. Namun terlebih ya anggota itu sendiri. Dalilnya simpel. Organisasi itu maju sebab anggotanya bukan maju dengan sendirinya. Sebab, organisasi itu makhluk mati, sedangkan manusia makhluk hidup. Organisasi bisa hidup karena anggota yang menfhidupkannya.

Kalau contoh ini masih terlalu sulit dipahami. Besar kemungkinan pembaca sedang terjangkit penyakit jomblo. Oke, fine. Aku beri contoh mudah buat kalian. Ini fakta. Pasti kalian sering melihat realitanya, atau bahkan kalian sendiri pernah mengalaminya.

Bila ada seseorang yang menjalin kasih dengan pasangannya (harap jangan baper dulu), dan di kemudian hari hubungannya dengan kekasihnya mengalami keretakan. Bukan berarti keretakan itu disebabkan oleh batu yang dilempar dari orang lain di sekitarmu, entah itu orang ketiga, keempat atau dari orang tua di kedua belah pihak.

Bisa jadi, semangat untuk menjalin kasih itu lah yang hilang di hati salah satu dari mereka. Ada rasa bosan, rasa tak bersyukur, rasa tak qana’ah dan rasa-rasa lain yang menyelimuti di hati mereka. Ini lah yang menyebabkan hubungan mereka ibarat kaca yang sangat tipis. Hingga bila ada benda kecil saja menyentuhnya, bukan hanya retak, tapi hancur seketika.

Maka dari itu, menjalin kasih dengan pasangan itu jangan seperti kaca, tapi sepertilah baja. Baja yg terlahir dari hati yang sabar, setia, cinta, rindu dan berlapang dada. Dengan begitu, batu sebesar apapun yang menimpa, baja tak akan pernah hancur, kecuali atas kehendak Sang Pencipta.

Wallahu al-Musta’an…
Oke, sekarang silahkan ber-baper ria dan maaf atas segala baper yang tertunda.

Sapen, 22 Januari 2017

Membaca Akibat – Menelusiri Sebab

​Judul ini terlihat sepele namun saya terkadang lalay melaksanakannya. Entahlah tiba-tiba siang ini kepikiran kembali apa yang pernah ku renungkan setahun silam perihal menafsirkan al-Quran dengan menggunakan kacamata sebab akibat. Ya, sebab dan akibat menjadi kerangka dasar metodologi. Memang perenungan ini belum mapan, masih dalam tahapan uji coba penafsiran dengan mendeteksi satu per satu ayat. Namun, uji coba itu sempat terhenti hampir dalam jangka waktu satu tahun. Mungkin karena banyak yang terlalu dipikirkan, terutama memikirkanmu. Kamu,, iya kamu… kamu kamuu… hehe dasar tugas kuliah yang bertumpuk-tumpuk. 😀

Asumsi sederhananya bahwa “segala yg terjadi dalam dunia ini adalah sebuah misteri ilahi” seperti sepotong lirik lagu yang sempat tenar itu ya. Tapi bukan yang ku maksud. Yang benar, “segala sesuatu yang terjadi dalam realitas hidup mengandung unsur-unsur ‘sebab’ yang tidak bisa dilepaskan baik yang berjalan secara ‘Ghaib‘ ataupun yang ‘Syahadah‘”. Makanya jangan kaget bila Allah itu ‘Alimu al-Ghaybi wa al-Syahadah’. Jadi, dalam kehidupan yang terjadi sebenarnya selalu memiliki dialektika antara yg ‘Syahadah‘ yang kita bisa cerna lewat pancaindra dan yang ‘Ghayb‘ yang hanya dapat dibaca lewat perenungan akan fakta empiris yang berulang-ulang. Namun, pembacaan terhadap yang ‘Ghayb‘ bisa dikatakan cukup sulit dan rawan terkena ranjau-ranjau kesalahan. La wong perkara yang kasab mata saja sering jatuh dalam lobang kesalahan, apalagi yang gak kasab mata? Jawab saja dengan Nyanyi “Segala yang terjadi di dunia ini adalah sebuah misteri ilahi” uwis rampung acarane, lek ngene carane. Hehe

Bukan begitu caranya, anggap saja yang ‘Ghayb‘ itu laksana wanita idaman semlohai yang ingin kau kejar untuk dinikahi. Dengan begitu kamu akan selalu ingin tahu dan paham jejak-jejak dan napak tilas mengapa wanita itu begitu aduhai. Udahlah jangan pakai istilah wanita lagi, takutnya bikin baper :D. Begitu halnya dengan yang ‘Ghayb‘ jejak-jejaknya bisa telusuri dengan melihat fakta kehidupan yang berulang-ulang.

Misalnya saja, di dalam kehidupan bertetangga kita sering kali iri melihat anak tetangga yang pinter, bermoral baik dan sukses. Padahal dia hanya anak dari seorang tukang becak yang awam dalam berpengetahuan. Kira-kira menurut kamu kenapa anak itu bisa demikian? Heh, kamu… jawab dong… kamu iya kamu… kok malah plonga-plongo ngene iki piye tho… wkakaka

Dari pertanyaan ini orang akan banyak menjawab ‘sebab dia rajin belajar’. Ya, sangat benar. Benar-benar sedikit benar dan belum tentu benar. Kalo kira-kira saya bertanya kembali, kenapa anak itu bisa rajin belajar? Mungkin kebanyakan akan menjawab karena disuruh oleh orang tuanya. Terus, kalo saya tanya lagi, kenapa dia mau disuruh dan mau belajar sungguh-sungguh? Di sini kita akan menemukan jawaban-jawaban yang absurd abis dari mereka-mereka. Ya, jawabannya ada yang sebab didikannya baik, sebab diberi hadiah bila ranking, sebab bener-bener diawasi saat belajar dll.

Sebenarnya yang ingin saya kejar adalah bagaimana hati anak bisa tergerak untuk melakukan aksi belajar -bukan aksi demo- secara ikhlas tanpa “Grundel” sedikitpun. Sering kali orang tua dengan sama metode mendidiknya tetapi memiliki hasilnya berbeda-beda. Kira-kira, apa yang membuatnya berbeda?

Hal yang membuat berbeda adalah tindakan dan prilaku yang dominan dari orang tuanya. Mayoritas orang tua yang dermawan punya pengaruh baik kepada anak-anaknya dalam mengarungi kehidupan, jadi jangan kaget kalau mereka punya anak yang pinter-pinter. Selain itu, kekuatan yang tak terduga dari orang tua adalah Doa dan Ridhonya. Jangan harap punya anak baik kalau orang tua tidak pernah berdoa, terutama ibunya.

“Perbuatan orang tua akan berpengaruh secara tidak langsung kepada anaknya”.

Inilah yang saya maksud dialektika “Ghayb” terhadap realita kehidupan. Suatu ‘sebab’ yang seakan-akan tidak nyambung dengan akibatnya. “Orang dermawan kok iso gawe anak pinter”. “Jaka sembung naik ojek, njaluk embung tak jek?”. Rabi sek… haha 😀 😀 😀

Logika-logika seperti ini sebenarnya banyak sekali yang tertuang di dalam al-Quran. Sayangnya, saya masih belum banyak mencermati.

*Ngapunten kulo gusti*

Wallahu al-Muwafiq wa A’lam bi al-Showab

By leodzakiy Dikirimkan di Tidak Dikategorikan

Berpacu Dengan Mati

​Alhamdulillah pada januari 2015 yang lalu, kami dipimpin oleh abahku mendapat kesempatan umroh bersama sekeluarga. Sepertinya, itu adalah cita-cita dari abah dan ibu kami yang ingin sekali sekeluarga beribadah ke tanah suci. Ya, itulah abah kami yang berani dan tak merasa menyesal sedikitpun bila hartanya ditasharrufkan untuk kepentingan beribadah.

Ada peristiwa besar dalam sejarah kerajaan saudi arabia pada saat itu, yaitu kewafatan King Abdullah bin Abdul Aziz yang kini digantikan oleh King Salman (konon sekarang ada konflik internal kerajaan). Seingatku, Allah mengambil nyawanya pada hari jumat, hari yang dianggap sangat mulia di dalam agama islam.

Setiap ba’da shalat, seperti ada budaya baru yang berlaku. Mereka tidak hanya shalat ba’diyah, tetapi juga ada tren shalat mayit. Amat sangat mengenang di mata kepala, beberapa orang menggendong satu orang mayyit. Hal itu berlangsung tidak hanya berlaku satu, dua, tiga hari, tapi setiap hari. Terasa pasti ada orang yang meninggal setiap hari di sana.

Sepertinya kita di sana selalu diingatkan dengan yang namanya kematian. Mati, mati, dan mati. Kematian kita siapa yang tahu. Terkadang tanpa sebab apapun kematian tiba tanpa diundang.

Artinya, di saat kapan pun, dalam keadaan apapun kematian selalu mengikuti kita. Kita ditantang oleh kematian. Ditantang untuk berpacu melakukan kebaikan.

Kita memang harus berpacu dengan mati. Seperti sedang melakukan kompetisi. Mengerahkan segala persiapan dan kemampuan sebelum kematian memegang kendali diri kita. Ya, sekali lagi mati selalu mendekati. Apa yg sudah kita lakukan untuk saat ini?

Silahkan dijawab sendiri sebelum kita mati.

Dekat dan Jauh sama saja

Cinta berawal dari sebuah kedekatan, tanpa adanya kedekatan tak akan ada cinta yang bermekaran. Ketika cinta telah ada, rindu pun akan tiba. Cinta tak akan memandang jarak kembali. Seberapa dekat dan jauh jarak yg memisah, rindu akan selalu hadir karena cinta.

Hal yang mengherankan adalah benci. Biasanya benci itu hilang ketika jarak telah membentangkannya. Aku baru sadar, benci juga tak lagi mrmandang jarak. Ya, mungkin dia sudah berevolusi. Akhirnya, kesimpulanku cinta dan benci itu sama. Sama-sama punya rindu. Rindu untuk cinta dan rindu untuk benci.

-Dunia ini memang indah-

Geriyo, 16 Mei 2016

Menghafal Doa

Suatu hari saat anak2 mengikuti pelajaran agama di kelas…!

Ustazah : “Siapa yg tahu do’a masuk WC…? Angkat tangan…!”
Lia : “Saya ustazah….”

Ustazah : “Ok Lia, ayo baca…!”
Lia : “Allahumma Inni A’uu dzubika minal khubutsi wal khobaiz”

Ustazah : “Wah bagus sekali Lia…, Siapa yg ajari kamu…?”
Lia : “Ummi…, di rumah, ummi tempel dekat pintu kamar mandi. Tiap hari ummi baca….”

Ustazah : “Bagus…, Pantas Lia hafal do’a itu….”

Ustazah : “Kalau Do’a hendak bercermin siapa yg tahu…?

Kali ini Jupri yg tunjuk tangan…, Dengan lantang dia lalu membaca : “Allahumma Kamma Hassanta Khalqii Fahassin Khuluqii”

Ustazah : “Betul sekali…, Hebat kamu…, Jupri….”
Jupri : “Kakak saya yg tempel dekat cermin, tiap2 pagi jika sisir rambut kakak pasti baca….”

Ustazah : “Wahh, Hebat2…, Baiklah, Siapa yg tahu do’a mau tidur…?”
Obie : “Saya, ustazah…!”

Ustazah : “Waaah, Obie kamu bisa…!?, Oke Obie, bacakan….”
Obie : “Bismillahi Allaahumma Jannibnaas syaithaana wa Jannibis syaithaana maa razaqtanaa….”

Ustazah : ??!!! (Dalam hati ustazah berkata, kok do’a sebelum berhubungan dengan suami/isteri…!?)
Obie : “Do’a Yg ini ayah saya yg tempel dekat tempat tidur…, Tiap malam ayah saya selalu membacanya…!”

Ustazah : “..!!??…, Haaaaahhhhh…, tiap malam…!” sambil tepok jidat….
Obie : “Malahan semalam di baca 3 kali…!”

Ustazah : “Apaaaa…, 3 kali…!, masyaallah…, luarbiasa ayahmu Obie…!!! 😇😇”

Pelajaran untuk para bapak…, doanya diHAFAL yaaaa…, jangan ditempel…!!! 👌👌👍👍

Seperti pesan di kemasan obat…, jauhkan dari jangkauan anak2✌✌🙏🙏

By leodzakiy Dikirimkan di Humor

Antara Cincin dan Jari “Fuck”

Hari ini kami mahasiswa pascasarjana (bukan paksa sarjana) berkuliah ria seperti biasa tanpa adanya perubahan jadwal. Mentari menyongsong tanda kami sudah berada di kelas. Ya, sudah biasa kritikan-kritikan mengepakkan sayap-sayapnyanya terbang kesana kemari. Ada yang sukses terbang sampai sangkarnya, ada pula yang terbang masuk tong sampah begitu saja. Ya, namanya juga kritikan yang tak bermutu. Wajar.

Telinga kuliah (umumnya dibaca mata kuliah) pertama Pak Amin, lc dan Pak doktor Roby telah usai. Pada saat ini waktu menunjukkan arah matahari tepat di atas kepala. Untung saja, ruanganx ber AC – AC, tapi juga masih terasa setengah panas sih. Ya, namanya juga AC proyekan, tidak jelas sama sekali mereknya. Yang penting keluar angin katanya. Hampir mirip dengan kentut, cuma kentut itu hangat bagi yang pernah merasakannya.

Menikmati hangatnya kentut, eh AC maksudnya, seorang kawan yang mulai pagi sampai siang tidak masuk kelas, tiba-tiba saja muncul batang hidung dan ranting-rantingnya (bulu hidung :D). Saat telapak tangan bercipika-cipiki menandakan awal pertemuan, seoarang kawan tadi seketika jari-jemarinya enggan melepaskan jari-jemariku, entah saking kangennya atau gimana. Matanya tertutuju pada mata cincinku, bukan pada mataku. Benakku seketika menggapnya wajar, mungkin matanya lagi naksir pada mata cincinku, sehingga agak lama ia memandanginya. Tak lama, dia tersenyum dan mencari bangku kuliah yang tak berpenghuni.

Dalam waktu yang relatif singkat, dia mengirim pesan via Whatsapps padaku. Pada intinya dia ingin tahu bagaimana pemahamanku mengenai  hadis tentang pelarangan Nabi menggunakan cincin di jari tengah. Pada saat itu, q baru sadar kalau baru saja memindahkan cincin dari jari manis ke jari yang tengah. Maklum, longgar sekali lingkarannya. Memang juga bulan ini lagi hilang-hilangnya lemakku. Semua cincin jadi longgar semua. Selain itu, memang kebiasaanku kalau di jari satu mulai berkeringat sesegera mungkin ku pindah di jari yang lain.


Pada gambar itu bisa dilihat chattingan singkatku. Sangat singkat. Soalnya, saya juga karakternya tidak mau berbelit-belit debat yang tak ada ujungnya. Karena memang cara berpikir dan epistemologinya juga berbeda. Apa coba yang mau didebat. Ya, lumayan dia lebih mendahulukan bertabayun dari pada menjustifikasiku bahwa aku tidak mengikuti ajaran Nabi. Itu yang aku suka padanya.

Memang perlu ada suatu metodologi renyah yang mudah dilahab oleh orang awam, supaya umat islam terutama di indonesia tidak serta merta memakan hadis tanpa perlu diadon (diolah) terlebih dahulu. Karena banyak hadis yang bila dipahami secara tekstual, sudah tidak lagi layak diamalkan di era yang berbeda. Namun, juga bisa jadi ada yang masih bisa dipahami secara tekstual. Ulama indonesia yang membahas hal ini salah satunya adalah prof. Syuhudi Ismail. Beliau menawarkan gagasan bahwa hadis itu ada yang dipahami secara tekstual dan kontekstual. Kemudian hadis itu ada hadis yang bersifat lokal, temporal dan universal.

Bagaimana sebaiknya memahami hadis tersebut? Memang secara teks sangatlah jelas bahwa hadis tersebut mangandung lafadz naha (نهى) yang memiliki arti mencegah. Cuma pelarangan itu apakah mutlak sesuai denga pemahaman tekstual? Hal inilah yang akan menjadikan beberapa ulama hadis berbeda pendapat. Dan terus akan berbeda pendapat. Yang terpenting adalah hargai pendapat orang lain, dan tetaplah belajar.

#ayobelajar

Telogowono, 30 April 2016

Majelis Tauhid

Bi Ismi Allah al-Rahman al-Rahim

Mumpung malam minggu, enaknya ngobrol dengan Q-tab bukan kitab. Alias Smartphone. Hehe… Zaman ini hape memang lebih pintar dari sebelumnya. Sebaliknya, manusia sepertinya kebanyakan malah menggunakan potensi otaknya lebih kecil dari sebelumnya. Dulu, apa2 dihapal, tapi sekarang apa2 ditulis. Ya, sudah saya mengikuti zaman saja, nulis2 saja. Siapa tahu cucu saya pengen baca tulisan saya. Eh,, kok malah mikir ke sana, isteri saja belum punya. Haha…

Ada yang bilang, malam minggu adalah malam yang panjang. Padahal kenyataannya semua malam sama saja 12 jam. Tidak beda dengan malam-malam yang lain. Mungkin yang bikin beda adalah karena ada nuansa “cinta”. Bila ada seseorang yang ber-malam-mingguan dengan kekasihnya di malam hari, ia akan merasa malam begitu cepat. Jadi ketahuan,, orang yang nganggap malam minggu adalah malam yang panjang sudah dapat dipastikan, dia pasti JOKER (JOMBLO KERE) ^_^ 😀 wes jomblo kere pisan haha.. itu namanya jomblo plus plus. wahai para Joker , sekali-kali kita (eh, bukan kita.. loe aja kali :D) perlu melakukan kajian ilmiah secara semantik dan hermeneutik yang membahas mengenai apa itu Move On…!!  Supaya gak selalu baper+ngenes. Kasian itu hatimu, nanti ujung-ujungnya bisa merusak jiwa dan ragamu. Coba diingat kembali sabda Nabi Muhammad, “ada sesuatu, yang bila itu rusak maka akan menyebabkan semua anggota tubuh yang lain jadi rusak, apa itu? Qalbun (hati). Kemudian, coba nyanyikan lagu indonesia raya. Coba diangan-angan dan direnungkan ketika sampai pada lirik “Bangunlah jiwanya bangunlah badannya untuk Indonesia raya”. (Bacanya gak usah sambil nyanyi gitu,, :D). Oke sampai di sini, kalau mau melanjutkan lagunya tunggu saja upacara hari senin esok di sekolah, jangan di kamar mandi dan WC, soalnya bid’ah. Para pahlawan tak pernah melakukannya. Ya, sekali-kali Mbok Yoho mikir gimana indonesia ini maju dipelopori oleh umat islam gitu lho, menjadi indonesia raya untuk kedua kalinya. Ojo mikiri kesengsaraan atas JOMBLO & KERE mu Wae Cah. Hehe Baca lebih lanjut

SELAMAT GERHANA

Selamat gerhana kekasihku
Kapan kita kan bersatu
Seperti matahari dan bulan
Semua pada meramaikan

Kekasihku,
Hari ini Tak ada yang berubah
Dedaunan tetaplah hijau
Angin pagi masih lah dingin
Bahkan manusia,
Otaknya masih di kepala

Ada apa dengan hari ini
Ya, kau bisa menjawabnya
Hari ini hari gerhana
“Gerhana matahari”
semua tak bisa lupa
Kecuali orang gila
Katanya

Kekasihku,
Kau dan aku bisa manunggal
Tapi dzikir dan ghoflah hanya tunggal tunggal
Momen sehari memang lebih menarik dari fakta setiap hari

Manusia semakin kumprung
Meninggalkan ketungkul-anya
Mengabaikan sayukja-nya
Hingga
Menghilangkan beja kemayangan-nya

Pendek kata,
Demi yang indah indah
Semua yang sulit dijadikan mudah tanpa susah, ghoflah..!!

#edisiTelatUplod