Causality Pernikahan

Assalamu alaikum wr. wb.

Hemm,, oke!! Kali ini saya akan menuliskan sesuatu tanpa mengikuti kaidah EYD. Capek mikirnya… hehehe

Alhamdulillah sore ba’da ashar yang mendung ini saya masih merasakan kakiku yang sakit setelah engsel lututku lepas atau hampir bisa dikatakan patah. Kecelakaan yang sudah hampir sebulan yang lalu, tepat di saat futsal. Semoga tidak membuatku kapok sama sekali untuk berolah raga.

Sekitar baru 5 menit yang lalu, kami; saya, tholib, asyari, chip tiba dengan selamat dari perjalan makan dan ngopi. Sebelumnya punya rencana keliling-keliling lagi, tapi tidak jadi. Beberapa menit setelah merabahkan diri tiba-tiba saya termenung dalam hati tanpa disadari.

“Sebenarnya Cocok tidaknya perjodohan itu tergantung siapa? Allah? Manusia? Atau Alam?”

“kecocokan memang relatif, tetapi siapapun yang kita pilih akan sangat banyak sekali konsekwensi yang dihadapi”

Secara tak sadarkan diri tiba-tiba dalam ingatan hati saya muncul sebuah potongan ayat seperti ini

“ ‘asa an takrohu syai an wa huwa khoirun lakum wa ‘asa an tuhibbuu syai an wa huwa syarrun lakum”

Artinya: bisa jadi apa yang kamu benci itu justru lebih baik bagimu, bisa jadi apa yang kamu cintai itu lebih buruk bagimu

Ada sebuah kasus empiris sebuah pernikahan antara seseorang pria dan seorang wanita yang saling mencintai antara satu sama lain. Di awal pernikahannya, kedua kekasih sangat bahagia tiada tara layaknya sudah mendapat surga dunia. Setelah beberapa tahun lamanya, mereka dikaruniai seorang anak pria yang tampan seperti arjuna. Namun, hidup mereka masih seperti sedia kala seperti awal pernikahannya. Padahal, mereka sudah berusaha sekuat tenaga membantingi tulang badannya untuk mencari harta agar kelak bisa kaya, itulah keinginan yang selalu muncul sejak dulu kala. Apa daya, apa yang mereka lakukan semuanya percuma dan sia-sia. Mereka tetap hidup serba pas-pas-an tanpa kekurangan. Akan tetapi, anehnya mereka selalu hidup rukun, akur, tentram, damai, tanpa pertengkaran. Hal ini didasarinya hanya karena atas rasa cinta.

Meninjau kembali kasus di atas, coba kita pikirkan kembali. Tidak semua “sebab” yang telah dilakukan akan mendapatkan “akibat” yang diinginkan seperti menjadi “kaya”. Terkadang justru malah sebaliknya, bila mereka menikah dengan orang yang tidak ia cintai, tiba-tiba secara mendadak kaya tanpa nyana. Mungkin penjelasan ini akan cukup untuk menerangkan ayat yang tercantum di atas.

Back to the question, siapakah yang menentukan cocoknya sebuah perjodohan? Allah? Manusia? Atau alam? Bila melihat sepotong kasus crita kecil di atas?

Saya teringat kembali akan inspirasi yang saya dapatkan dulu bahwa Allah selain menciptakan sistem sebab-akibat yang dhohir (visible causality) juga telah membuat sistem sebab-akibat yang bathin (unvisible causality).

Bila ada seorang pria menikahi seorang wanita seperti cerita di atas, maka peristiwa ini menjadi “sebab dhohir” yang kemudian menciptakan “proses sebab dhohir dan sebab bathin (processing causality)” yang akan bergerak secara beriringan pada alam sehingga menimbulkan “hasil atau akibat yang dhohir” kembali. Setiap apa yang kita lakukan secara dhohir akan selalu menimbulkan proses causality baik yang dhohir ataupun yang bathin kemudian menimbulkan hasil yang dhohir.

Kesimpulan dari sebuah pertanyaan yang tiba-tiba timbul, secara tiba-tiba pula terjawab dalam anganku. Ini bukan akademisi bukan pula curhat pribadi. Tapi disini saya hanya menuliskan apa yang terangan-angan dalam diri yang muncul berbentuk inspirasi.

Jawabnya, dari ketiga-tiganya semua memiliki keterpengaruhan dan saling berpengaruh baik Allah, alam atau pun manusia. Sebab manusia adalah makhluk hidup yang memiliki rasa, niat dan keinginan terhadap sesuatu tanpa ada yang memerintah. Akan tetapi, karena mereka hidup pada alam, maka mereka harus mengikuti sistem alam yang berupa sistem sebab dan akibat, sebuah sistem yang sudah diciptakan dan di-manage oleh Allah SWT.

Maka dari itu prioritas yang paling utama adalah

  1. kita wajib berdoa setiap hari minimal sholat 5 waktu, sebagai bentuk pengabdian dan penghambaan kita terhadap-Nya dengan harapan agar sistem buruk yang menimpa kita menjadi sistem yang paling baik. Sebab, Allah adalah pencipta sistem yang luar bisa untuk alam semesta tak ada tandingannya.
  2. Mencari celah-celah apa saja terhadap sistem alam, dengan mencari sebuah sebab dan melakukannya dengan harapan sistem dhohir-bathinnya bergerak menciptakan hasil yang baik. Sebab, sistem alam itu adalah pasti bukan relatif. Sistem bisa menjadi relatif ketika Allah menghendaki perubahan terhadap sistemnya.
  3. Berprilaku dan bertindak sekuat tenaga untuk melaksanakan semuanya, theory without practicing is nothing.

Mungkin cukup sekian terlebih dahulu sharing-q atas semua angan-q. Mengenai kebenaran tidaknya tulisan ini coba kita selalu telusuri. Tapi, ingatlah angan ini bukanlah sebuah ilmu yang sejati. Semuanya berada di tangan Ilahi Rabbi.

Wa Allahu a’lam bi al-showwaab….

Wassalamu alaikum wr. wb.

 cause

Mengilikitik Takdir

Saya tiba-tiba teringat dengan dawuh yang disampaikan Abah Yai Ghofur, “Gusti Allah gawe opo-opo iku podo, kabeh kenek dititeni”. ini merupakan suatu gagasan bahwa segala sesuatu di dunia ini memiliki keteraturan yang sama antara manusia satu dengan manusia yang lain, hewan satu dengan hewan yang lain, jin satu dengan jin yang lain, atau bahkan antara makhluk satu dengan makhluk yang lain. Arti dari keteraturan ini bahwa adanya akibat yang dialami oleh semua makhluk berawal dari beberapa sebab yang sama.

Contoh sederhana dari keteratutan ini yaitu bahwa saya memompa darah keseluruh pembuluh darah menggunakan jantung. Begitu juga teman saya, dia juga memompanya dengan jantung. Tidak hanya itu, presiden saya Jokowi saat ini juga memompa darahnya dengan jantung. Kita semua memompa darah dengan jantung. Saya belum menemukan seseorang yang memompa darahnya dengan paru-paru, hati, atau ginjal. Kalau memang ada orang yang memompa darah dengan organ selain jantung bisa langsung hubungi saya, nanti saya kasih hadiah. Hadiah juara 1 ngapusi se-kabupaten. (hehe.. :D).  Mungkin untuk saat ini itu hanya film animasi di bioskop yang hanya fiktif belaka. Baca lebih lanjut