Berpacu Dengan Mati

​Alhamdulillah pada januari 2015 yang lalu, kami dipimpin oleh abahku mendapat kesempatan umroh bersama sekeluarga. Sepertinya, itu adalah cita-cita dari abah dan ibu kami yang ingin sekali sekeluarga beribadah ke tanah suci. Ya, itulah abah kami yang berani dan tak merasa menyesal sedikitpun bila hartanya ditasharrufkan untuk kepentingan beribadah.

Ada peristiwa besar dalam sejarah kerajaan saudi arabia pada saat itu, yaitu kewafatan King Abdullah bin Abdul Aziz yang kini digantikan oleh King Salman (konon sekarang ada konflik internal kerajaan). Seingatku, Allah mengambil nyawanya pada hari jumat, hari yang dianggap sangat mulia di dalam agama islam.

Setiap ba’da shalat, seperti ada budaya baru yang berlaku. Mereka tidak hanya shalat ba’diyah, tetapi juga ada tren shalat mayit. Amat sangat mengenang di mata kepala, beberapa orang menggendong satu orang mayyit. Hal itu berlangsung tidak hanya berlaku satu, dua, tiga hari, tapi setiap hari. Terasa pasti ada orang yang meninggal setiap hari di sana.

Sepertinya kita di sana selalu diingatkan dengan yang namanya kematian. Mati, mati, dan mati. Kematian kita siapa yang tahu. Terkadang tanpa sebab apapun kematian tiba tanpa diundang.

Artinya, di saat kapan pun, dalam keadaan apapun kematian selalu mengikuti kita. Kita ditantang oleh kematian. Ditantang untuk berpacu melakukan kebaikan.

Kita memang harus berpacu dengan mati. Seperti sedang melakukan kompetisi. Mengerahkan segala persiapan dan kemampuan sebelum kematian memegang kendali diri kita. Ya, sekali lagi mati selalu mendekati. Apa yg sudah kita lakukan untuk saat ini?

Silahkan dijawab sendiri sebelum kita mati.

Tinggalkan komentar